MIMPI ATAU KENYATAAN?
Masa ini merupakan
masa dengan penuh ketidakpastian. Semua orang mencurigai satu sama lain,
terlebih saat menjelang ujian. Beberapa kelompok manusia berkomplot untuk
menjatuhkan kelompok lain. Bermunculan dengan beredarnya kunci jawaban yang
menyesatkan, KAMI, yaitu : Liza, Ariel, Alvin, Yudi, dan aku, Diana, akan bersatu
dalam menghadapi ujian IPA terpadu. Beberapa kelompok lain juga melakukan hal
yang sama.
Pengawas masuk dengan
membawa soal dan lembar jawaban. Terdengar suara nafas tersentak karena terkejut.
Yeah, siapapun akan terkejut jika tanpa di duga mengetahui pak Haris menjadi
pengawas ruangan. Dia adalah guru paling tidak menyenangkan di sekolah ini, dan
dengan suatu keajaiban, semua murid takut padanya.
Soal sudah di bagikan,
aku harus menyelesaikan ini semua dalam waktu seratus duapuluh menit. Delapan
menit pertama, tak seorangpun murid di kelas mampu mengisi satu jawaban.
Prediksiku sangat jarang meleset, soal ini rumitnya bukan main!
Jika seandainya sebuah slinki di getarkan selama tujuh sekon dan
menghasilkan tiga rapatan dan tiga renggangan, periode gelombang pada slinki
itu harus dijawab dengan jawaban menggelikan seperti : “25N/m2” atau
“0,12 joule”. Jawaban macam apa itu??
Temanku, Alvin, yang
duduk di meja sebelahku berbisik : “Diana.. tiga belas!”
Aku memberi isyarat dengan jariku “A”. dan Alvin langsung menghitamkan
jawaban A. sungguh mengherankan jika ada murid menengah pertama yang tidak tahu
siapa penemu telepon. Di sini, pilihan gandanya adalah : A.thomas alva
Edison B.rudolph virchow C.alexander grahambell D.einstein.
Tujuanku memberi “A” untuk inisial nama (Alexander), bukan pilihannya
(a.Thomas). Dan itu membuatku mengerti betapa mengesankannya ilmu pengetahuan.
Duapuluh menit lagi
waktu habis! Dan aku baru mengerjakan 10 soal dari 40 soal yang ada, itupun
berkat bantuan teman-temanku. Liza sudah menggigit jarinya karena gugup. Ariel
sedang menduga-duga jawaban dengan mengundinya. Alvin masih bersusah payah
mengintip buku di kolong mejanya. Sedangkan Yudi justru tertidur di kelas. Jika
diawasi pak Haris, kemungkinan menyonteknya lebih kecil 50% dibandingkan dengan
pengawasan guru-guru lain. Tatapan matanya bagaikan sepasang bandul yang
bergerak searah kanan-kiri tanpa henti. Belum lagi wajahnya yang membuat
siapapun menunduk ketika melihatnya.
Aku tahu memang
kebodohan merupakan hal umum di lingkungan ini,dan aku termasuk di dalamnya
(sebenarnya istilah bodoh dalam kisah ini lebih cocok disamakan dengan ‘malas’
atau kelabilan kinerja otak). Tapi, walau aku dapat di kategorikan pemalas, aku
juga ingin mendapat lebih dari sekedar nilai pas-pasan.
“sepuluh menit lagi” seru pak Haris, yang membuat gema di penjuru
ruangan. Suasana kian memanas, semua orang terlihat resah!
Aku melihat bola kertas
kecil melayang di udara dan mendarat di mejaku. Siapapun yang melemparnya,
pasti orang itu salah perhitungan dalam membidik target, dan itu satu
keuntungan besar bagiku. Aku membuka kertas itu, dan di dalamnya tertulis
kalimat menyebalkan yang ditulis dengan huruf kapital : “MAU PINTAR? MAKANYA BELAJAR!. Tanpa
banyak berpikirpun aku tahu kalau benda ini di lempar oleh musuh terbesarku,
Adrian. Siswa tercerdik di kelas ini yang duduk di bangku paling depan. Aku
sudah melihat adegan seperti ini di iklan, dan aku tidak mau dibodohi lagi!
Ternyata sejak tadi pak
Haris memperhatikanku membaca sobekan kertas itu. Hal ini menimbulan banyak
kecurigaan baginya. Ia mulai mendekatiku dengan memasang ekspresi yang tak
ingin di lihat oleh siapapun. Gawat! Hal yang biasa ia lakukan di saat seperti
ini adalah : menyobek lembar jawaban dan memberi perintah keluar untuk
membersihkan toilet! Aku tidak mungkin
membiarkan harga diriku jatuh di sini.. sekolah ini.. tempat paling menyiksa
bagiku dan anggota-anggota grupku.
BAIKLAH! Selagi guru itu melangkah, aku mencoba memikirkan jalan keluar
dari masalah ini. Tidak mungkin aku menunjuk Adrian dan mengatakan “dia yang
melemparkan kertas itu padaku!” guru seperti pak haris tidak mungkin mau
menerima penjelasan seperti itu. Dan,, lalu apa?? SIAL! Aku kehabisan waktu..
pak Haris sudah sampai di mejaku, dan diaa---
Suara alarm memaksaku
membuka mata dan terbangun. Aku melihat ke sekeliling. Ini kamarku! Jam sudah
menunjukkan pukul 05.30 pagi. Aku segera turun dari tempat tidur dan
menjalankan rutinitasku. Sekolah.
Setelah selesai sarapan, aku berpamitan pada ibu. Ibu tersenyum dan
berkata :“dia sudah menunggu sejak tadi di depan” ujar ibu.
Dia siapa?? Aku bertanya dalam hati. Aku membuka pintu menuju keluar.
Ada Adrian yang sedang duduk di jok sepedanya diluar pekarangan rumah. Dia
melambaikan tangan sambil tersenyum.
Senyum konyol macam apa itu?? Tanyaku dalam hati.
Aku melangkah mendekatinya. “kenapa kamu disini?” tanyaku heran.
“memang biasanya begini,kan?” dia balik bertanya tanpa menghilangkan
senyumannya “ayo naik! Kalau kita terlambat, pak Haris bakal menghukum kita.
Ingat? Ada ujian IPA hari ini.”
Tanpa bicara apa-apa,
aku naik dan duduk di jok belakang sepedanya dan berpegangan di pinggangnya.
Adrian mengayuh sepeda dengan tenang menyusuri jalanan.
Sulit di percaya. Terkadang kau akan mengalami kesulitan dalam
membedakan antara mimpi dan kenyataan. Kisah ini adalah bukti bahwa kesulitan
itu benar adanya..
Dalam mimpi, aku dan Adrian bermusuhan. tetapi …
Dalam kehidupan nyata, kita bersahabat J
Aku ingin tahu seperti apa reaksi Adrian saat aku menceritakan mimpi
konyolku itu.
TAMAT
(KARYA : FITRIA MEILIA)
Keren fit :) dapet inspirasi dimana ?
BalasHapusgtauu.. gagara bnyk menghayall ;D
BalasHapus