Fitria Meiliawati
X TKJ B
SPESIES BURUNG-BURUNG LANGKA
1. HOATZIN (Opisthocomus hoazin)
Hoatzin (Opisthocomus
hoazin) adalah burung yang sebagian berasal yang tergolong familia Opisthocomidae,
lainnya famili dari ordo Cuculiformes. Dahulu, hewan ini dimasukkan dalam ordo Galliformes, dan sekarang masuk ke ordo yang terpisah,
Opisthocomiformes. Keluarga burung ini yang sebenarnya tak diketahui dengan
pasti. Hoatzin berasal dari Lembah Amazon dan sering ditemukan di pohon. Hoatzin biasa berwarna cokelat/hitam menyerupai Cracidae.
Hoatzin muda memiliki cakar di sayapnya, yang dengan organ itu ia bisa
memanjat. Cakar itu tak menandakan kedekatan kekeluargaan denganArchaeopteryx atau bentuk cakar yang lebih tua:
kembali ke keadaan lama. Dengan ini hoatzin menjadi contoh bagi macam binatang
yang mematahkan Hukum Dollo. Hoatzin lebih mirip ayam daripada sejenis burung kukuk
yang merupakan kerabatnya.
Hoatzin memiliki kepala kecil dengan wajah biru terang , mata
merah, dan bagian atas kepala dihiasi jambul berwarna coklat. Panjang tubuh
Hoazin dewasa dapat mencapai 60 cm (24 inch).Hoatzin hidup berkelompok dan
suka ditemukan bertengger di atas cabang pohon di tepi rawa atau sungai.Hoatzin
juga dijadikan sebagai burung nasional. Hoatzin juga dapat ditemukan disekitar
hutan rawa rawa hutan hujan Amazon dan Delta Orinoco Amerika Selatan.Burung ini
memiliki leher panjang dengan kepala yang sangat kecil. Julukan mereka adalah
"stinkbird". Karena cakarnya lemah, maka dia menggunakan ekor panjangnya
sebagai penyangga dan dan membantu keseimbangan di dahan pohon.
Makanan hoatzin dewasa adalah daun, bunga, dan kuncup mangrove.
Dengan paruhnya yang pendek, hoatzin dengan mudah bisa memetik daun dari pohon
mangrove
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/hoatzin
2. JALAK BALI (Leucopsar
rothschildi)
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung
pengicau berukuran sedang,
dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Ia
turut dikenali sebagai Curik
Ketimbang Jalak. Jalak Bali
memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali
pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna
keabu-abuan. Burung jantan dan betina serupa.Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang.
Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.
Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak Bali menjadi salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi burung ini cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali.
Jalak Bali dinilai statusnya sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan dalam CITES Appendix I.
3. RANGKONG
(Bucerotidae)
Enggang atau Rangkong (bahasa
Inggris: Hornbill)
adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya
paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada
bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa
Yunani.Burung Enggang tergolong dalam kelompok Bucerotidae yang termasuk 57 spesies. Sembilan spesies daripadanya berasal endemik di bagian selatan Afrika. Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
Ketika waktunya mengeram, enggang betina bertelur sampai enam biji telur putih terkurung di dalam kurungan sarang, dibuat
antara lain dari kotoran dan kulit buah. Hanya terdapat
satu bukaan kecil yang cukup untuk burung jantan mengulurkan makanan kepada
anak burung dan burung enggang betina.
Apabila anak burung dan burung betina
tidak lagi muat dalam sarang, burung betina akan memecahkan sarang untuk keluar
dan membangun lagi dinding tersebut, dan kedua burung dewasa akan mencari
makanan bagi anak-anak burung. Dalam sebagian spesies, anak-anak burung itu
sendiri membangun kembali dinding yang pecah itu tanpa bantuan burung dewasa.
4. SERIAWANG SANGIHE (Eutrichomyias
rowleyi)
Seriwang
sangihe (Eutrichomyias
rowleyi) adalah burung berukuran sedang (hingga 18 cm panjang) dengan
warna dominan biru pada bagian kepala hingga ekor dan berwarna putih pada
bagian dada. Seriwang Sangihe muda memiliki ekor pendek dengan warna abu-abu.
Seriwang Sangihe satu-satunya anggota dari genus Eutrichomyias.
Seriwang sangihe adalah burung endemik dari Pulau Sangihe yang terletak di bagian utara dari Pulau
Sulawesi, Indonesia.
Pertama kali diketahui hanya dari spesimen yang dikumpulkan pada tahun 1873,
burung langka ini ditemukan kembali pada Oktober 1998 disekitar Gunung Sahendaruman di bagian selatan Pulau Sangihe. Pakan
utama dari Seriwang Sangihe adalah serangga dan invertebrata kecil.Ilmuwan menamai hewan ini untuk memperingati penjelajah dan ornitologis Inggris Raya.
Hilangnya habitat, wilayah populasi yang kecil dan terbatas menyebabkan Seriwang Sangihe dikategorikan pada keadaan kritis pada IUCN Red List dari spesies yang terancam
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/seriawang_sangihe
5. MALEO SEKANWOR (Macrocephalon
maleo)
Maleo Senkawor atau Maleo,
yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon
maleo adalah sejenis burung
gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan
merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon.
Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa
terbang. Ukuran telur burung
maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm,
dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam. Namun saat
ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat ini.Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan. Maleo Senkawor adalah monogami spesies.
Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Berbeda dengan anak unggas pada umumnya yang pada sayapnya masih berupa bulu-bulu halus, kemampuan sayap pada anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini dikarenakan nutrisi yang terkandung di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur biasa, anak maleo harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/maleo_sekanwor
6. PAOK SAYAP BIRU (Pitta
moluccensis)
Paok
sayap-biru (Pitta
moluccensis) adalah burung pengicau dalam keluarga Pittidae asli Australia dan Asia
Tenggara. Bersama dengan tiga superspesies lainnya, burung ini tidak mempunyai subspesies.
Berukuran
sedang, yakni 18cm, bertubuh gemuk dan berwarna-warni. Dada nya berwarna merah karat, alis coklat pucat dan punggung berwarna hijau. Sayap biru terang dengan bercak putih, tenggorokan
putih, tunggir merah. Iris coklat, paruh kehitaman, kaki coklat pucat. Siulannya
keras, berbunyi “pu-wiu, pu-wiu” dengan nada kedua lebih tinggi.Di Kalimantan, suaranya dipercaya merupakan petanda datangnya hujan.
India tenggara, Cina barat daya, dan Asia
Tenggara. Pada musim
dingin ke Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Di Sumatera (termasuk pulau-pulau sekitarnya) dan
kalimantan (termasuk Kep.Natuna), burung migran dan pengunjung musim dingin
yang cukup umum terdapat sampai ketinggian 1.000 m. Tercatat di kebanyakan
habitat hutan, termasuk kebun. Pengembara kadang-kadang dapat mencapai Sulawesi
dan Filipina.
7. MERAK HIJAU (Pavo muticus)
Merak
hijau (Pavo
muticus) adalah salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti
burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae,
merak hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan.
Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm,
dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul
tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya
kurang mengkilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup
ekor.
Populasi
merak hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat Tiongkok, Indocina dan Jawa, Indonesia.
Sebelumnya merak hijau ditemukan juga di India, Bangladesh danMalaysia, namun
sekarang telah punah di sana. Walaupun berukuran sangat besar, merak hijau
adalah burung yang pandai terbang.
Pada musim
berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina.
Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung
betina menetaskan tiga sampai enam telur.
Pakan burung
merak hijau terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta
berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.
Namun karena
banyaknya habitat hutan yang hilang dan penangkapan liar yang
terus berlanjut, serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terpencar,
merak hijau dievaluasikan sebagai rentan di dalamIUCN
Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.
8. ELANG (acipitridae)
Elang merupakan salah satu dari hewan yang terdapat di seluruh Indonesia. Dalam Bahasa
inggris, eagle atau elang merujuk pada burung
pemangsa berukuran besar dari suku Accipitridae terutama genusAquila. Sementara itu burung-burung pemangsa yang lebih kecil
dalam Daftar Burung Indonesia
nomor 2 disebut Elang-alap (Hawk, genus
Accipiter).Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang.
Elang merupakan hewan pemangsa.
Makanan utamanya hewan mamalia kecil seperti tikus, tupai, kadal, ikan dan ayam, juga jenis-jenis serangga tergantung ukuran tubuhnya. Terdapat sebagian elang yang menangkap ikan sebagai makanan utama mereka.Biasanya elang tersebut tinggal di wilayah perairan. Paruh elang tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat untuk mengoyak daging mangsanya. Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk memburu mangsa dari jarak jauh tak terkira.
Elang mempunyai sistem pernapasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Jantung burung elang terdiri dari empat bilik seperti manusia. Bilik atas dikenal sebagai atrium, sementara bilik bawah dikenali sebagai ventrikel.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/elang
9. MENTOK RIMBA (Cairina scutulata)
Mentok Rimba atau dalam nama ilmiahnya Cairina scutulata adalah sejenis burung dari keluarga bebek (suku Anatidae). Spesies ini termasuk salah satu burung air yang paling
langka dan terancam punah di dunia. Mentok Rimba juga dikenal dengan beberapa
nama seperti Serati, Mentok Hutan, Bebek Hutan atau Angsa
Hutan. Dalam bahasa
Inggris spesies ini dikenal sebagai White-winged Wood Duck.Berbentuk mirip dengan mentok peliharaan (Cairina moschata), Mentok Rimba memiliki panjang tubuh (dari paruh hingga ke ujung ekor) sekitar 75 cm.
Tubuh umumnya berwarna gelap atau kehitaman, dengan sisi bawah sayap (ketika terbang) berwarna putih. Kepala dan leher putih, kadang-kadang dengan bintik-bintik kehitaman. Paruh dan kaki kekuningan atau jingga kusam. Tidak seperti mentok peliharaan, tak ada lingkaran merah di sekeliling mata.
Seperti namanya, Mentok Rimba terutama menghuni hutan-hutan rawa dengan kolam-kolam yang dangkal.
Mentok Rimba adalah omnivora, memangsa aneka macam termasuk tumbuhan air seperti Hydrilla, siput, ikan-ikan kecil, cacing, serangga dan laba-laba air.
Pada masa lalu, Mentok Rimba hidup tersebar luas mulai dari India timur laut, Bangladesh, Asia Tenggara, Sumatra hingga Jawa. Pada tahun 2002 populasinya di seluruh dunia tinggal lagi 800 ekor; dengan sekitar 200 ekor menyebar di Laos, Thailand, Vietnam dan Kamboja, sekitar 150 ekor di Sumatra, terutama di Taman Nasional Way Kambas, dan 450 ekor di India, Bangladesh dan Myanmar.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/mentok_rimba
10. PELATUK (picidae)
Pelatuk ialah burung dari ordo Piciformes.
Ditemukan di seluruh dunia dan termasuk sejumlah spesies, biasanya berjumlah
218 (termasuk Pelatuk paruh gading).Beberapa burung pelatuk dalam ordo Piciformes memiliki kaki zigodaktil, dengan 2 jari kaki mengarah ke depan, dan 2 lainnya ke belakang. Kaki-kaki itu, meski beradaptasi untuk berpegangan di permukaan vertikal, bisa digunakan untuk menggenggam atau bertengger. Beberapa spesies hanya memiliki 3 jari kaki. Lidah panjang yang ditemukan pada beberapa burung pelatuk dapat dijulurkan keluar untuk menangkap serangga.
Mula-mula, burung pelatuk mencari terowongan dengan menyadap batang. Begitu terowongan itu ditemukan, burung pelatuk memahat kayu sampai menciptakan pembukaan ke terowongan. Lalu menjulurkan lidahnya ke terowongan untuk mencoba mencari tempayak. Lidah burung pelatuk panjang dan berujung kait. Dengan lidahnya burung pelatuk menusuk tempayak dan menariknya keluar batang.
Burung pelatuk juga menggunakan paruhnya untuk membuat lubang yang lebih besar sebagai sarangnya sekitar 15-45 cm (6-18 inchi) di bawah permukaan yang dibuka. Sarang-sarang itu hanya dilapisi dengan keping-keping kayu dan menyimpan 2-8 telur putih yang dikeluarkan betinanya. Karena di luar jangkauan penglihatan, sarang ini tidak terlihat pemangsa dan telurnya tidak perlu dikamuflase. Rongga yang dibuat oleh burung pelatuk juga digunakan kembali sebagai sarang oleh burung-burung lain, seperti beberapa bebek dan burung hantu, dan mamalia, seperti tupai pohon.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/burung_pelatuk